Rabu, 22 April 2009

surat untuk sang kekasih

Perasaan memiliki seorang kekasih adalah perasaan indah yang telah lama aku nantikan,
di kala hati bersedih, memandangnya tersenyum menjadikan kesedihan itu berubah menjadi bahagia,
oh sungguh, beruntung benar diriku ini,
memiliki seorang kekasih dengan cara2 yang di anjurkan agamaku,
dengan cara2 yang baik dan tidak menyakiti orang lain,
bersanding dengan kekasih di pelaminan adalah saat2 indah yang akan ku kenang,
perhatiannya yang tulus dan menyenangkan, membuat hidupku semakin tertata,
melihat kedepan menjadi lebih jelas dan membuat tujuan menjadi terarah,
bahagianya hatiku,
kadang perbedaan memang muncul dan ada,
tapi kesabaran dan kebijakan sebagai seorang suami sesungguhnya di uji,
ingin marah bisa saja, mau teriak juga bisa,
tapi hatiku memilih diam,
berpikir dengan tenang untuk menuntun sang tulang rusuk menjadi lurus dengan cara2 yang halus,
dia akan patah jika aku paksakan, dia pun akan bengkok jika ku biarkan,
pandangannya sangat dalam dan menyejukan,
sentuhannya hangat dan membahagiakan,
oh kekasihku,
dirimu bagaikan bidadari yang di persembahkan untuk mendampingiku,,
bahagianya aku,,
hidup dirumah kontrakan, dengan ukuran kecil pun engkau tak keberatan,
padahal rumah mu yang dulu lebih besar dan bagus,
bersama - sama kita berjuang untuk mencari rumah baru, bersama2 kita mendaki untuk mencapai puncak kehidupan,
terjal memang,
banyak juga jurang,
tapi aku yakin, kebersamaan kita adalah untuk mengharap ridho dari-Nya,
kita pasti bisa wahai kekasihku,
kita pasti bisa,
bissmillah,,,
tiap pagi kau bangunkan diriku untuk bersimpuh di hadapan-Nya,
berdoa berjamaah dalam saf2 yang telah tertata,
terimakasih wahai kekasih,
adanya dirimu membuatku semakin bahagia,
maafkan jika egoku kadang muncul,
memaksakan kepadamu apa yang tak ingin kau lakukan,
kamu yang kadang membantah membuatku berlatih semakin sabar,
diam,
saat ini itulah yang aku lakukan,
aku tak ingin menyakiti mu wahai bidadari yang cantik,
diam bukan berarti aku diam,
diam adalah pilihan ku untuk meluruskan dirimu,
diamku adalah tindakan ku.
dan syukurlah hatimu tak beku, diamku pun bisa meluluhkan dirimu dengan sebuah kata maaf,
kata maaf yang membuat mas mu ini semakin tersenyum,
bidadariku,
terimakasih telah membuat ku bahagia,
mas mu yang biasa ini,
merasa bagai seorang pangeran ketika bersanding dengan dirimu wahai bidadariku,

_teruntuk istriku_

Senin, 20 April 2009

kisah pernikahanku bag.2

"ta'aruf"

,,,,setelah telp itu, aku pun mudik ke rumah di Purbalingga, memang saat aku menelpon adalah saat ketika aku akan mudik, sesampainya di rumah, aku lalu menceritakan semua yang telah aku lalukan kepada bapak dan ibuku, ya dengan sedikit gubahan,, agar ceritanya menjadi menarik dan mereka bersimpati kepada ku,

lama aku menunggu jawaban atas jadwal pertemuan ta'aruf dengan akhwat itu, karena, saat itu adalah awal2 bulan ramadhan, dan kata MR ku, sang akhwat ingin melaksakan ibadah puasa di bulan ramadhan ini dulu,, ya ya,, perjuangan,, aku pun sabar menanti,
dalam kettidakpastian selama satu bulan ramadhan itu, aku malah semakin banyak berdoa untuk terlaksananya keinginanku untuk menikah, dan aku berdoa sekaligus berharap dialah sosok yang terbaik buak diriku,
aku telah berjuang, berusaha, dan berdoa, sekarang setelah ramadhan usai aku hanya menunggu kepastian dari Allah tentang urusanku ini,

benar, seminggu setelah idul fitri, kurang lebih seminggu lah, MR ku memberi kabar bahwa sang akhwat bersedia untuk melanjutkan sampai ke tahap ta'aruf,

alhamdulillah,, saat itu perasaan dalam benak bercampur-aduk, antara bahagia, terkejut, dan beragam perasaan lainnya,,
wah pokoknya gimana,,, gitu,,,

kemudian, dengan di temani MR ku, aku pun beranjak ke tempat akhwat itu menanti kedatangan ku, di suatu sore, dengan sedikit gerimis menyejukan kami, kami berdua mengendarai motor pinjaman dari teman ku si Githa, meluncur ke Condet, ya condet, tempat sang akhwat menanti ku adalah di condet, jalan budaya, di rumah Murabiyah akhwat,
aku ditemani MR bukan karena takut atau malu, tapi karena aku tidak tau jalan ke sana, hehehe alasan,

sampai sana pas menjelang solat isa, aku dan MR ku memutuskan untuk solat dahulu, kasihan sang akhwat, padahal dia sudah menunggu sejak pulang kantor,

lalu kami pun bertemu,
wah,,,,

aku malu, malu banget saat itu,,
pertemuan pertama dengan sang pujaan hati, mukaku bagai udang rebus mungkin, begitu pula dia, ku lihat rona senyum kecil di wajahnya kala pertemuan itu,
dengan sedikit basa basi, MR ku memulai perbincangan di antara kami, aku, akwaht, MR akhwat dan MR ku yang biasa ku sapa dengan panggilan Pak Keri,

aku jadi seorang yang pendiam saat itu, entahlah, lidah ini terasa kelu, bukan karena aku tidak pengin bicara, tapi aku juga tak tahu karena apa, tapi akhirnya prosesi ta'aruf pun berjalan dengan lancar,
dengan melempar pertanyaa2 masing2 yang ingin di ketahui kami melaksanakan ta'aruf,
indah,,,
sungguh sangat indah dan berwibawa,
aku merasa wanita sangat di jaga dan di hormati dalam islam,,
aku bahagia, dapat melakukan prosesi ta'aruf dengan akhwat yang ingin aku kenal, aku mengakui, aku bukanlah seorang ikhwan, aku sadar akan hal itu, setidaknya, aku mencoba cara ini untuk mengurangi hal2 yang di larang islam yaitu pacaran atau mendekati zina,
semoga Allah mengampuni kesalahan2ku,
ya aku merasa beda dengan yang lain, di sini, aku mencari sendiri siapa yang ingin aku nikahi, calon yang aku cari berasal dari instingku sebagai lelaki,, heheh ngeles,
tapi biarlah,,
semoga ini yang terbaik,
amin,,,

seminggu aku menunggu lagi untuk mendapat jawaban pasti dari akhwat itu,
dan seminggu ku lewati dengan banyak memohon yang terbaik dari Yang Maha Kuasa,
alhamdulillah,,,
setelah seminggu itu aku menerima kabar bahagia yang ku tunggu,
aku di terima sang akhwat,,,

^__^

proses selanjutnya adalah aku harus meminang sang akhwat kepada orang tuanya,,,

(bersambung)

Jumat, 17 April 2009

kisah pernikahan ku...

Alhamdulillah,, akhirnya pada tanggal 08 Maret 2009 aku melaksanakan Akad nikah di Semarang, aku menikah dengan seorang gadis semarang bernama Dyah Setyaningrum,
Gadis istimewa yang telah aku pilih untuk menjadi pendamping hidupku,
Alhamdulillah,, Allah memudahkan jalan ku untuk meminang dan menikahi gadis cantik itu,
Di awali dengan pertemuan di awal penempatan di Kantor ku ini, rasa tertarik mulai tumbuh di hati,
ya hanya perasaan kagum dan terpesona sesaat, yang tak ingin aku lanjutkan ataupun aku ungkap saat itu, malu dan merasa tidak se-level dengan dia,
ya ilah lah, apalah aku ini, anak bau kencur yang masih suka karaoke dan jalan2 ke mall, joging pake celana pendek, dan ngaji hanya sebatas bisa, belum mahir, dan terpikat kepada seorang gadis yang di sebut akhwat oleh beberapa teman ku,
mimpi kali aku,,,,

perasaan itu aku biarkan saja tidak aku pupuk tidak pula aku hilangkan, aku biarkan,,,

hari demi hari, di saat kabar pernikahan teman2 mulai ku dengar,,, keinginan ku untuk segera menikah pun mulai muncul, di awali dengan pernikahan si Soleh, kemudian Heru,, rasa yang telah lama ada itu muncul,, ya keinginan kuat untuk menggenapkan separoh agama semakin menggebu, aku takut dan bingung,, bagaimana aku harus menyelesaikan masalah ini,

aku anak bontot, yang tentu masih di anggap anak kecil di umur ku yang baru 22 tahun kala itu, aku semakin resah,, bagaimana aku menyampaikan keinginanku ini kepada orang tua,,,

Alhamdulillah,, Allah memberikan bantuan kepadaku,, rasa berani muncul perlahan dalam jiwa dan hati, aku berani mengutarakan ini kepada kedua orang tua ku,,
dan ya,,, begitulah,,, tanggapan yang membuatku pesimis selalu muncul dari mereka,, begitu pula dari anggota keluarga yang lain,,,
mereka bilang aku masih bau kencur,,
hiks,, sedih,,,
tapi memang aku juga merasa belum terlalu dewasa kala itu,,
aku pun diam,,,
hidup kulanjutkan,,,
tapi perasaan itu sering kali muncul dan membuatku resah,,, apalagi jika akhwat yang aku suka itu lewat di hadapkan ku,, cesss,,, aku terbang dan melayang tidak jelas,,,
akhirnya,,, aku beranikan diri untuk memulai perbincangan seirus mengenai masalahku ini dengan murabi ku, guru pendamping ku dalam urusan pengajian kecil yang kami sebut liqo,,
kami memulai obrolan ringan,,, dan obrolan demi obrolan yang menjurus ke arah pernikahan pun semakin menguatkan ku untuk mencoba melakukan negosiasi dengan orang tuaku,,,
ya aku mencoba lagi,, ketika ibu dan bapak menanyakan siapa calonnya,,
aku jadi bingung,,, soalnya aku juga belum ada calon,, hehehe

akhirnya dapet juga ijin dari orang tua untuk menikah,, Alhamdulillah,,

kemudian,, aku mendapat tawaran untuk ta'aruf dengan seorang wanita ynag lebih pas di sebut akhwat,,
pertama2 menerima sbuah biodata via email,, penasaran,, siapakah gerangan yang akan di kenalkan dengan ku,,
jreng,,, hah,,, dia,,, dia kan kenalanku,,,, bukan temen deket sih,,, tapi aku mengenalnya,,
hufh,,,,
gusar,,,, aku diam,,
lalu aku bawa biodata itu kerumah dan kusampaikan kepada orang tua ku,,
alhamdulillah,, mereka tidak keberatan,,, soalnya aku selalu mencari sesuai kriteria yang orang tuaku minta,, setidaknya mendekati keinginan mereka lah,,,
tapi masalahnya aku yang belum cocok dengan akhwat itu,, padahal semua kriteria yang ada telah terpenuhi,,
mungkin karena aku telah menumbuhkan sebagian bibit cinta ku ke orang lain,, ya orang lain yang belum ku kenal,, akhirnya demi kebaikan bersama,,, hehehe ngeles, aku menolak tawaran pertama itu,,,

gagal deh,,,

lalu di suatu sore,,, di saat2 menjelang manghrib,, aku berpapasan dengan pujaan hati ku,,, hehehe padahal belum boleh aku mnyebutnya pujaan hati,,karena memang belum menjadi apa2,,,
saat itu,, hatiku membuncah,, tersenyum sipu ketika ku melihat dan menyapanya,,,
"sore mbak,, tumben baru pulang,, lembur ya??"
seingatku itu yang aku ucapkan,,
entah kenapa,,, saat itu,,, aku merasa harus mengutarakan apa yang aku rasakan kepada sang Akhwat itu,,

ah,, apa sih aku ini,, kembali rasa rendah diri mencuat di benak,,
aku bimbang dan cemas sore itu,,
akhirnya,, aku mencoba menelpon sang Akhwat,,
di sana dia menjawab dengan biasa dan ramah,,
ketika dia tanya "ada apa ya gi??"
hah,,,,

aku diam,,, daun2 yang jatuh terasa berhenti dan menatapku,,
udara berhembus kedalam relung2 jiwaku,, aku diam tepaku dalam suatu sore menjelang maghrib dengan memegang telpon ,,,
lalu aku dengar pertanyaan yang sama,,,,
"maaf ada apa gi??"

aku tersadar,,, dan aku segara menjawab terbata2,, "engga mbak,, gak ada apa2,,"
"ya sudah ya,, Assalamualaykum...."
klik,, aku menutup telpon tanpa alasan,,,,,

kemudian,, aku memutuskan untuk solat maghrib dahulu,,
aku menggambil air wudhu,,, percikan air yang ku ambil serasa lebih dingin dan menyejukan,, menyejukan hati ini yang sedang kalut dan merasa "aneh"

setelah solat,,, aku mencoba menelpon kembali,,,

dan aku pun mengutarakan maksud dan tujuanku akan telpon pertamaku itu,,,

alhamdulillah,,,
dari sana.. berlanjut ke tahap selanjutnya,,,

"ta'aruf"

--Bersambung--