Senin, 30 Juni 2008

di umur 22 tahun

Alhamdulillah, aku saat ini telah berusia 22 tahun, kemarin tanggal 29 Juni 2008 adalah hari kelahiranku yang ke 22,
ternyata aku sudah tua juga yah,
tapi apakah aku telah menjadi seorang yang lebih dewasa, atau lebih baik?
aku tidak mau kalo penambahan usia ku yang berarti pengurangan umur kehidupan ku tidak mempunyai makna dan nilai yang berarti, aku hanyalah manusia akhir zaman yang berusaha mencari kebaikan, kebaikan yang tersirat atau kebaikan yang tersurat,
yah pokoknya semua kebaikan lah,
tapi aku merasa belum menemukan semua yang aku inginkan,
tapi aku juga merasa beruntung,
karena aku telah menjadi seperti sekarang ini,
aku sangat bersyukur, dulu aku membayangkan betapa mengerikannya hidup jauh dari rumah atau kampung halaman, jauh dari orang tua dan orang2 yang kita sayangi, hidup merantau istilahnya,
ternyata aku bisa menjalaninya, walaupun aku masih meraba-raba maksud dari setiap hal kehidupan yang aku temui, tapi aku yakin ini yang terbaik bagi ku,
terbaik bagi masa depanku, dan mungkin juga hal yang terbaik baik bagi orang2 di sekelilingku,
biarlah aku menjadi seekor ikan yang hidup dalam arus sungai yang semakin hari semakin tidak menentu,
sebagai seekor ikan, tentunya aku akan berusaha mencari arus yang terbaik buat diriku, arus yang bisa menyelamatkan ku dalam arus liar kehidupan ini, karena sekarang aku tidak dalam penjagaan kedua orang tuaku lagi, yang dulu ketika aku masih dalam buaianya tentu aku akan di pilihkan dan diarahkan untuk hal2 yang terbaik, tapi sekarang? aku harus bisa dan berani memilih sendiri, memilih sesuatu yang akan aku jalani, tentunya aku juga tidak akan mebiarkan saran2 yang mereka berikan melayang begitu saja, akan tetapi tidak semua hal sekarang bisa mereka pantau, tidak semua hal yang bisa mereka atur, karena jarak memisahkan kami, aku dan orang tuaku,
tapi aku akan senantiasa meminta dorongan dan nasehat kepada mereka,
tapi tetap saja pilihan itu tetap aku yang harus menentukan sekarang,

pernah suatu ketika aku ingin menjadi angsa,
menjadi sosok putih yang anggun dan indah untuk dilihat,
menjadi sosok yang bisa terbang di angkasa, bisa berenang di air, dan bisa juga berjalan di darat. sungguh menyenangkan yah? aku mengandaikan aku bisa sefleksibel angsa itu,
hehehe

sekarang di umur yang telah menginjak usia 22 tahun aku akan berubah, menjadi sesuatu yang lebih baik,,,,

semoga saja. doakan yah,,,,,,

aku juga ingin mengahiri masa lajangku di umur 23 tahun, berarti setahun lagi donk, moga saja bisa, aku mendapatkan sosok yang terbaik buat aku,,, hehehehe tapi itu barulah sebatas angan yang akan menjadi pemicu langkah ku ke depan,,


sekali lagi,, doakan yah,,,,

Jumat, 27 Juni 2008

Pelajaran dari penjual bubur

Dengki??
baru saja aku selesai membaca sebuah artikel yang menuliskan tentang Dengki, aku jadi paham dan tahu betapa buruk sifat dengki itu sifat yang oleh AA Gym di ibaratkan sebagai perasaan yang susah melihat orang lain senang dan senang melihat orang lain susah,
astaghfirullah,, kadang aku merasa seperti itu, walau sesaat, aku pernah dengki kepada orang lain, ya Allah, ampuni hambamu ini,
tanpa sengaja terkadang kita juga mengalami hal2 yang sebenarnya tahu itu tidak baik dan kita benci seperti seifat Dengki itu,
ya Allah aku berlindung kepada Mu dari segala penyakit hati termasuk rasa iri dan dengki yang kadang menyelinap untuk menjadi sebagian rasa dalam hati,
lindungi hambamu ya Allah,,
membaca tetang cerita penjual bubur ayam dan penjual bubur kacang hijau, dimana penjual bubur ayam tiap hari kerepotan melayani pembelinya dan dengan senang hati sang penjual bubur kacang hijau kerap membantu si penjual bubur ayam tersebut, sungguh menggugah perasaan aneh dalam jiwaku, keinginan untuk meniru sikap sang penjual bubur kacang hijau, yang tidak sidikitpun menunjukan sikap tidak senang karena dagangan penjual bubur ayam sebelahnya selau laris dan habis terjual, sementara dagangan sang penjual bubur kacang hijau selalu sepi,
tapi keindahan sikap senantiasa dia nampakan,,
semoga sikap tersebut akan aku miliki selalu,,

Nenek yang baik hati

Nenek itu tinggal di sebuah rumah yang cukup besar tapi kurang terawat, beliau tinggal seorang diri di rumah itu tanpa bantuan orang lain, anak-anaknya telah berkeluarga dan bekerja, mereka sudah tidak ada yang tinggal bersama dengan orang tua itu, orang tua yang sangat baik dan penyayang, pernah suatu ketika beliau tinggal beberapa minggu di rumah salah satu anaknya, akan tetapi beliau tidak betah, alasannya beliau tidak terbiasa jika tidak bekerja, memang dirumah anaknya itu beliau tidak diperkenankan untuk bekerja terlalu lelah, karena kondisinya juga sudah renta, tapi beliau akhirnya memilih untuk tinggal di rumah lamanya, rumah yang cukup besar dan tidak terawat itu,
Setiap aku mudik ke kampung halaman aku selalu menyempatkan untuk mengunjungi beliau, beliau adalah nenek ku yang sangat aku sayangi, walau mimiknya kadang garang kalau sedang berucap apalagi kalo sedang emosi, tapi aku sangat tahu, beliau adalah salah satu nenek yang terbaik, nenek yang penuh kasih dan perhatian,
Ibuku pun kerap berkunjung untuk sekedar menengok atau membawakan makanan seadanya untuk sang nenek, nenek tidak pernah merasa lelah untuk bekerja, memang sih bukan pekerjaan terlalu produktif akan tetapi pekerjaan seperti menanam tanaman di kebundepan rumah atau menyapu halaman rumah kerap nenek lakukan, sekarang beliau tinggal sendiri di rumah itu, untung lah salah satu anaknya yaitu bu dhe ku juga tinggal bersebelahan dengan sang nenek, tapi bu dhe kurang bisa di harapkan untuk membantu lebih kebutuhan san nenek, karena bu dhe terlalu sibuk mengurus kebutuhan rumah tangganya dengan anak2nya yang banyak dan juga terlalu kecil prosentasenya untuk diharapkan, bukan bermaksud merendahkan atau menghina, akan tetapi dilihat dari tingkah pergaulan maupun sikap, memang kesimpulan seperti itulah yang aku dapatkan,
anak2 yang kerap kali membuat bu dhe sedih dan menangis, tapi bu dhe tetap saja tidak tegas kepada mereka, apa mau dikata, terlalu sayang barang kali,,
kembali ke nenek, untung beliau masih mendapat kiriman tiap bulan dari salah satu anaknya dan juga cucunya, ibuku juga kadang memberi makanan jika berkunjung ke sana lalu sekedar berbincang atau pun menceritakan pengalaman masing2 selama ini,
nenek, maafkan cucumu ini yah, yang tidak bisa membalas kebaikan nenek selama ini, atas kata2 kurang berkenan yang tanpa sengaja terucap,
aku sayang nenek.
beliau selalu tersnyum jika kau datang untuk menjenguk beliau, sungguh luar biasa nenek ku ini, walaupun sudah berumur alhamdulillah keadaan beliau masih sehat, cuma kadang beliau merasakan pegal2 di kaki kalo cuaca sedang dingin,
padahal dulu ketika aku kecil,waktu keluargaku masih menumpang di rumah nenek, perasaan hangat selalu menemani rumah tersebut, sekarang jika aku main ke rumah nenek, maka suasananya menjadi lenggang, tapi beliau masih saja tersenyum, tanpa menunjukan rasa sepinya yang tentunya pasti kadang menjadi teman dalam kehidupannya,
nenek, maafkan aku ya nek,,
aku sangat sayang nenek,
kasih sayang yang nenek berikan semasa aku masih SD masih saja membekas dalam relung hati ku, ya, karena setelah SMP aku jadi tidak terlau sering ke tempat nenek, karena aku sekolah SD memang di tempat nenek, jadi saat itu tiap hari aku selalu berjumpa denga nenek,
apalagi sekarang, dikala aku sudah bekerja di kota yang jauh dari kampung halamanku, aku hanya berkunjung sebulan sekali untuk menemui nenek, tapi aku merasakan kualitas dari kunjungan yang jarang itu, kualitas rasa cinta yang aku rasakan kepada sang nenek,,

Kamis, 26 Juni 2008

doa seorang yogi,, tolong dong di maafkan kalo ada salah,,,,

Diam aku menatap keyboard di depanku untuk sesaat, berpikir akan ku tulis apa layar putih dalam komputer yang semakin lama mataku semakin berat menatapnya, semakin sempit kelopakku menopangnya,
yang ingin aku tulis sebenarnya semua gejolak rasa dan angan yang ada dalam jiwa ini, tapi jari2ku tak sanggup menuliskannya, mungkin aku terlalu malu atau terlalu naif mengakui semua yang telah aku perbuat di dunia ini, terlalu banyak aib dan noda yang telah aku ukir dalam sejarah kehidupanku, dari rasa iri, sedikit dengki, dendam, licik, ambil keuntungan dari orang lain, dosa2 lain yang kadang malu aku mengingat apalagi membayangkannya, dan masih banyak lagi yang tak mungkin aku sebutkan atau aku ucapkan, kepada siapapun,,,
hanya Allah dan aku yang tahu apa2 yang aku lakukan selama ini,
ya Allah,,, ampuni hamba-Mu ini, bantulah hamba-Mu ini untuk dapat memperoleh pintu tobat-Mu dan di jauhkan dari siksa neraka yang hamba ini tidak dapat membayangkannya sekalipun, tapi hamba ini juga tidak pantas untuk mengecap kelezatan surga yang Engkau janjikan kepada orang2 yang beriman,, ya Allah,, ya Rabbi,,,, hamba ingin keluar dari rasa hampa yang kadang menyeruak keluar dalam hidup hamba, yang membuat hamba merasa semakin gersang membuat hamba semakin usang,
lelah hamba ikut2an latah,,
capai hamba mencari angan yang tak tergapai,,
hamba inginkan kucuran air kedamaian dari-Mu ya Allah,,
hamba mohon rahmat-Mu,, curahkanlah ya Allah,,
Hamba mohon pertolongan-Mu, berikanlah ya Allah,,
ingin hamba memeluk ibu hamba saat ini,, ibu,, maafkan anakmu ini,, yang tidak berbakti kepada engkau wahai ibunda tercinta,,, ya Allah,,, limpahkanlah rahmat-Mu kepada hambamu ini ya Allah,,
ampunilah dosa2 kedua orag tua hamba, sayangilah mereka,, seperti rasa sayang mereka yang sangat besar kepada hamba ketika hamba kecil,,,
ya Allah,, istiqomahkan hamba di jalan-Mu,,,,

Rabu, 25 Juni 2008

cerita di kebun singkong

Kemarin, di ladang singkong milik mbah Mus, Andi, Gita , dan Ucup sempat memergoki mbah Mus yang sedang menangis tersedu - sedu sendiri di ladang yang memiliki luas 10 meter persegi itu, disana, anak-anak itu sebenarnya berniat untuk mengambil beberapa singkong milik mbah Mus yang masih tertanam dengan rapi di kebunnya, untuk sekedar dijadikan menu makan siang mereka, yang kala itu berencana untuk mandi siang di Kali Klawing,
Akan tetapi setelah melihat kejadian yang cukup mengherankan bagi mereka itu, akhirnya mereka pun membatalnya niatnya, sekarang mereka memperhatikan dengan seksama tingkah dan polah seorang lelaki tua yang nampak dirundung kepiluan yang teramat sangat, padahal, biasanya mbah Mus selalu menampakan wajah yang ceria dan tersenyum ramah kepada anak-anak dan tetangga yang ada di kampung tempat tinggal mbah Mus, sehingga anak-anak semakin penasaran di buatnya,,
ada apakah gerangan??
Mereka pun semakin mendekat ke dinding gubuk yang terletak di pojokan kebun singkong itu,
Dengan mengendap-endap mereka perlahan mendekati gubuk itu,
mbah Mus masih saja menangis, dan menerawang ke atas, di usap jenggot putihnya yang semakin memanjang tapi terawat, sesekali, dengan kaki berselonjor menghadap ke muka gubuk dan badan bersandar di dinding bagian belakang gubuk, mbah Mus pun mulai menembangkan sebuah lagu jawa yang sangat di kenal juga oleh anak yang sedang mengendap itu,
"... yen jaman sak mono,,,yen kelingan anak,,, lanang,,,"
"..mbiyen tek openi,,, yen saiki ono,,, ngendi,,,"
yah begitulah kurang lebih tembang syahdu menyentuh jiwa yang sedang didendangkan oleh seorang mbah Mus,
Anak-anak itu kini semakin dekat dan mereka pun telah sampai di belakang gubuk itu dengan aman, diam tak bergerak sambil badan di tempelkan ke dinding supaya lebih aman,
Mereka masih penasaran dan dengan saling mengedip-kedipkan mata mereka solah membuat isyarat kesepakan bahwa mereka akan mencari tahu apa yang terjadi sampai rasa penasaran mereka terjawab,
Tiba-tiba mbah Mus berucap sendiri,, "le,, le,,, saiki ko neng ndi to?,, wis suwe koe ra bali ngumah,, aku kangen le,,"
meleleh air mata mbah Mus setelah berucab seperti itu, diam dalam lamunan,, ya itulah hal yang di lakukan mbah Mus setelah itu,
tiba2 gludak,,
si Andi terjatuh menyungkur ke depan, dan dia tepat terjatuh di samping mbah Mus duduk, ternyata tadi Andi bersender pada sebilah kayu tua yang rapuh, dan Andi tidak menyadari hal itu,
Spontan saja mbah Mus tersentak kaget dan terbangun dari lamunannya,,,
"halah2,,, ada apa ini to le?" kata mbah Mus kaget,,
"anu,,,anu,, mbah,,,mmm,,,,," bingung Andi menjawab pertanyaan mbah Mus,
" ayo kesini semua,,, ada apa ini,, kok pada ngumpul disini? lagi ngapain to?" tanya mbah Mus ramah,,
"ayo gak usah takut,, bilang saja,, nanti kalo mau singkong mbah kasih,, ayo mau minta berapa?" tersenyum mbah Mus melihat tingkah mereka yang lucu tersebut, yah muka mereka memang sangat lucu,, anak-anak kecil yang gugup dan takut karena bersalah, untunglah mbah Mus orang yang sangat baik dan sayang kepada anak2,,
"mmm,,, gini loh mbah,,," gita mulai memberanikan diri bertanya kepda mbah Mus, " kami sebenarnya memang berniat mengambil singkong mbah Mus, tapi gak jadi kok mbah,beneran deh mbah,," muka gita memelas,
"udah gak apa2, kalo kalian mau singkong mbah, silakan ambil saja, tapi secukupnya saja yah,, gak apa2 kok,, mbah gak marah,," kembali mbah Mus tersenyum melihat mereka semua,,
Rasa takut dan gentar anak2 kepada mbah Mus karena peristiwa tadi lenyap sudah, berganti dengan rasa tenang dan aman, duduk bersama lelaki tua yang bersahaja itu, ya kerena sikap mbah Mus yang tulus dan lembut, maka anak2 pun sudah tidak sungkan untuk bertanya lebih lanjut kepada mbah Mus,
"mbah,,,, Andi tanya boleh gak mbah?" tanya Andi kepada mbah Mus sambil menatap wajah mbah Mus dengan tatapan keingintahuan anak kecil, ya anak seumuran kelas dua SD,
"boleh ayo tanya saja?"
"mbah Mus kok tadi nangis sedih banget sih mbah?" lanjut Andi dengan nada yang datar2 saja tanpa memikirkan perasaan mbah Mus dengan pertanyaan itu,,
sejenak mbah mus diam dan tatapannya menerawang ke atas,, berpikir sejenak" "O,,,ternyata mereka dari tadi melihatku menangis sendiri di kebun ini" guman mbah Mus sambil tetap tersnyum kecil dan bermata seperti seorang lelaki tua bijaksana dalam film2 kartun anak kecil,
"loh mbah,, kok malah diam saja??" tanya ucup yang masih penasaran dengan tangis mbah mus yang tadi dia saksikan,,,
"cucu2 ku yang baik,, mbah mus tadi sedang memikirkan anak mbah yang sudah lama tidak pulang, dia sekarang kerja di Jakarta dan sudah hampir 2 tahun mbah tidak tahu kabar anak laki2 mbah itu, makanya mbah kangen,,," ucap mbah Mus lirih sambil tetap bermimik bijak,
"ooo..." serempak mereka bersuara O bulat,,,
"kok bisa gak tahu kabar anak mbah?" lanjut Gita semakin penasaran,
"Cu,,,memang sudah sejak 2 tahun lalu, anak mbah itu kerja merantau di Jakarta, kata tetangga yang pernah ketemu dia dijakarta, anak mbah Sudah sukses dan sekarang kerja di Jakarta, kata orang sih di salah satu Bank Sawta yang ada di Jakarta, tapi mbah Mus belum tau itu berita benar atau tidak,, yang sekarang mbah Mus harapkan,, seomga anak mbah cepat pulang biar rasa kangen mbah Mus bisa di obati,,,," panjang lebar mbah Mus menceritakannya,,, sambil mata tuanya berkaca2 tetapi tetap menahan agar air matanya tidak menetes,,

"gitu loh cu,, kenapa tadi mabh nangis,," lanjut mbah Mus,, tetapi sekarang muka mbah Mus sudah lebih segar dan cerah lagi,, tidak seperti tadi, mungkin kehadiran anak2 itu membuat mbah mus lebih sedikit terhibur,,, dan mereka kemudian mencabut sebatang pohon singkong untuk di bakar bersama-sama di kebun singkong mbah mus,,,

Mbah Mus pun ikut tersenyum melihat kebahagiaan anak2 itu bisa menikmati singkong bakar mbah Mus diladang mbah Mus sendiri yang hanya berukuran 10 meter persegi saja,,,,,,