Kemarin, di ladang singkong milik mbah Mus, Andi, Gita , dan Ucup sempat memergoki mbah Mus yang sedang menangis tersedu - sedu sendiri di ladang yang memiliki luas 10 meter persegi itu, disana, anak-anak itu sebenarnya berniat untuk mengambil beberapa singkong milik mbah Mus yang masih tertanam dengan rapi di kebunnya, untuk sekedar dijadikan menu makan siang mereka, yang kala itu berencana untuk mandi siang di Kali Klawing,
Akan tetapi setelah melihat kejadian yang cukup mengherankan bagi mereka itu, akhirnya mereka pun membatalnya niatnya, sekarang mereka memperhatikan dengan seksama tingkah dan polah seorang lelaki tua yang nampak dirundung kepiluan yang teramat sangat, padahal, biasanya mbah Mus selalu menampakan wajah yang ceria dan tersenyum ramah kepada anak-anak dan tetangga yang ada di kampung tempat tinggal mbah Mus, sehingga anak-anak semakin penasaran di buatnya,,
ada apakah gerangan??
Mereka pun semakin mendekat ke dinding gubuk yang terletak di pojokan kebun singkong itu,
Dengan mengendap-endap mereka perlahan mendekati gubuk itu,
mbah Mus masih saja menangis, dan menerawang ke atas, di usap jenggot putihnya yang semakin memanjang tapi terawat, sesekali, dengan kaki berselonjor menghadap ke muka gubuk dan badan bersandar di dinding bagian belakang gubuk, mbah Mus pun mulai menembangkan sebuah lagu jawa yang sangat di kenal juga oleh anak yang sedang mengendap itu,
"... yen jaman sak mono,,,yen kelingan anak,,, lanang,,,"
"..mbiyen tek openi,,, yen saiki ono,,, ngendi,,,"
yah begitulah kurang lebih tembang syahdu menyentuh jiwa yang sedang didendangkan oleh seorang mbah Mus,
Anak-anak itu kini semakin dekat dan mereka pun telah sampai di belakang gubuk itu dengan aman, diam tak bergerak sambil badan di tempelkan ke dinding supaya lebih aman,
Mereka masih penasaran dan dengan saling mengedip-kedipkan mata mereka solah membuat isyarat kesepakan bahwa mereka akan mencari tahu apa yang terjadi sampai rasa penasaran mereka terjawab,
Tiba-tiba mbah Mus berucap sendiri,, "le,, le,,, saiki ko neng ndi to?,, wis suwe koe ra bali ngumah,, aku kangen le,,"
meleleh air mata mbah Mus setelah berucab seperti itu, diam dalam lamunan,, ya itulah hal yang di lakukan mbah Mus setelah itu,
tiba2 gludak,,
si Andi terjatuh menyungkur ke depan, dan dia tepat terjatuh di samping mbah Mus duduk, ternyata tadi Andi bersender pada sebilah kayu tua yang rapuh, dan Andi tidak menyadari hal itu,
Spontan saja mbah Mus tersentak kaget dan terbangun dari lamunannya,,,
"halah2,,, ada apa ini to le?" kata mbah Mus kaget,,
"anu,,,anu,, mbah,,,mmm,,,,," bingung Andi menjawab pertanyaan mbah Mus,
" ayo kesini semua,,, ada apa ini,, kok pada ngumpul disini? lagi ngapain to?" tanya mbah Mus ramah,,
"ayo gak usah takut,, bilang saja,, nanti kalo mau singkong mbah kasih,, ayo mau minta berapa?" tersenyum mbah Mus melihat tingkah mereka yang lucu tersebut, yah muka mereka memang sangat lucu,, anak-anak kecil yang gugup dan takut karena bersalah, untunglah mbah Mus orang yang sangat baik dan sayang kepada anak2,,
"mmm,,, gini loh mbah,,," gita mulai memberanikan diri bertanya kepda mbah Mus, " kami sebenarnya memang berniat mengambil singkong mbah Mus, tapi gak jadi kok mbah,beneran deh mbah,," muka gita memelas,
"udah gak apa2, kalo kalian mau singkong mbah, silakan ambil saja, tapi secukupnya saja yah,, gak apa2 kok,, mbah gak marah,," kembali mbah Mus tersenyum melihat mereka semua,,
Rasa takut dan gentar anak2 kepada mbah Mus karena peristiwa tadi lenyap sudah, berganti dengan rasa tenang dan aman, duduk bersama lelaki tua yang bersahaja itu, ya kerena sikap mbah Mus yang tulus dan lembut, maka anak2 pun sudah tidak sungkan untuk bertanya lebih lanjut kepada mbah Mus,
"mbah,,,, Andi tanya boleh gak mbah?" tanya Andi kepada mbah Mus sambil menatap wajah mbah Mus dengan tatapan keingintahuan anak kecil, ya anak seumuran kelas dua SD,
"boleh ayo tanya saja?"
"mbah Mus kok tadi nangis sedih banget sih mbah?" lanjut Andi dengan nada yang datar2 saja tanpa memikirkan perasaan mbah Mus dengan pertanyaan itu,,
sejenak mbah mus diam dan tatapannya menerawang ke atas,, berpikir sejenak" "O,,,ternyata mereka dari tadi melihatku menangis sendiri di kebun ini" guman mbah Mus sambil tetap tersnyum kecil dan bermata seperti seorang lelaki tua bijaksana dalam film2 kartun anak kecil,
"loh mbah,, kok malah diam saja??" tanya ucup yang masih penasaran dengan tangis mbah mus yang tadi dia saksikan,,,
"cucu2 ku yang baik,, mbah mus tadi sedang memikirkan anak mbah yang sudah lama tidak pulang, dia sekarang kerja di Jakarta dan sudah hampir 2 tahun mbah tidak tahu kabar anak laki2 mbah itu, makanya mbah kangen,,," ucap mbah Mus lirih sambil tetap bermimik bijak,
"ooo..." serempak mereka bersuara O bulat,,,
"kok bisa gak tahu kabar anak mbah?" lanjut Gita semakin penasaran,
"Cu,,,memang sudah sejak 2 tahun lalu, anak mbah itu kerja merantau di Jakarta, kata tetangga yang pernah ketemu dia dijakarta, anak mbah Sudah sukses dan sekarang kerja di Jakarta, kata orang sih di salah satu Bank Sawta yang ada di Jakarta, tapi mbah Mus belum tau itu berita benar atau tidak,, yang sekarang mbah Mus harapkan,, seomga anak mbah cepat pulang biar rasa kangen mbah Mus bisa di obati,,,," panjang lebar mbah Mus menceritakannya,,, sambil mata tuanya berkaca2 tetapi tetap menahan agar air matanya tidak menetes,,
"gitu loh cu,, kenapa tadi mabh nangis,," lanjut mbah Mus,, tetapi sekarang muka mbah Mus sudah lebih segar dan cerah lagi,, tidak seperti tadi, mungkin kehadiran anak2 itu membuat mbah mus lebih sedikit terhibur,,, dan mereka kemudian mencabut sebatang pohon singkong untuk di bakar bersama-sama di kebun singkong mbah mus,,,
Mbah Mus pun ikut tersenyum melihat kebahagiaan anak2 itu bisa menikmati singkong bakar mbah Mus diladang mbah Mus sendiri yang hanya berukuran 10 meter persegi saja,,,,,,
Rabu, 25 Juni 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar